Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah Allah
recudo.com - Hay guys, ketemu lagi di blog recudo ini. Gimana nih kabar kalian? Semoga baik-baik saja yah. Disini admin akan memberikan artikel Agama Islam tentang "Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah Allah".Makalah |
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM ”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Agama Islam di ...
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekerungan, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan yang terimakasih sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Medan, september 2017
recudo
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang manusia dan agama dalam islam adalah membicarakan sesuatu yang sangat klasik namun senantiasi aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk tuhan. Pemikiran tentang hakikat manusia sejak zaman dahulu kala sampai zaman modern sekarang ini juga belum berakhir dan mungkin tak akan pernah berakhir. Ternyata orang menyelidiki manusia itu dari berbagai sudut pandang. Ada yang menyelidiki manusia dari segi fisik yaitu antropologi fisik, adapula yang menyelidiki dengan sudut pandang budaya yaitu antropologi budaya. Sedangkan yang menyelidiki manusia dari sisi hakikatnya disebut antropologi filsafat.Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT.
Pada diri manusia terdapat perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Memikirkan dan membicarakan hakikat manusia inilah yang menyebabkan orang tak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar tentang manusia itu sendiri, yaitu apa dari mana dan mau kemana manusia itu.
Oleh karena itu pada makalah ini kami akan membahas tentang hakikat manusia dalam filsafat pendidikan islam yang meliputi hakikat Allah menciptakan manusia, apa hakikat manusia, mengapa manusia memerlukan pendidikan, dan mengapa manusia bisa di didik. Semoga dengan pembhasan ini dapat menambah wawasan bagi kita dalam memahami hakikat diri kita sebagai manusia di muka bumi ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Manusia
1. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk hidup sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah Swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens(makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang Nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Asal usul manusia dalam pandangan islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai manusia pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan allah dimuka bumi dengan segala karakter kemanusiaannya.
Setelah penciptaan nabi Adam As. Manusia selanjutnya diciptakan melalui proses pencampuran antara laki-laki dan perempuan, hal ini sesuai dengan Al-Qur’an surat Al-Mukminun ayat 12-14 :
Artinya :
“Dan sesunggunya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka maha sucilah allah, pencipta yang paling baik. (QS.Al-Mu'minun 23:12-24).”
Tahapan-tahapan penciptaan manusia allah SWT berfirman :
“Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari tetes mani, kemudian dari segumpal darah,kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak semourna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bay (Al hajj : 5).”
Tahapan pertama manusia dibuat dari saripati tanah melalui makanan yang dimakan oleh laki-laki dan perempuan. Sebagian dari zat yang dimakan menjadi bahan sperma (air mani), bahan awal penciptaannya manusia. Unsur-unsur yang menyusun tubuh manusia menurut penelitian ditemukan pada jenis-jenis tanah, karena itu ayat di atas dijelaskan oleh ilmu pengetahuan. Ayat-ayat di atas menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu keadaan kepada keadaan lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Begitu pula penggambaran penciptaan nabi Adam yang Allah ciptakan dari suatu saripati yang berasal dari tanah berwarna hitam yang berbau busuk dan diberi bentuk, yang tertera dalam surat Al Hijr ayat 26.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” Setelah allah SWTmenciptakan nabi Adam dari tanah. Allah ciptakan pula Hawa dari Adam, sebagaimana firman-Nya : “Dia menciptakan kamu dari seorang diri, kemudian Dia jadikan daripadanya istrinya" (Az Zumar : 6).”
Allah SWT menepatkan nuthfah (yakni air mani yang terpencar dari laki-lakin dan perempuan dan bertemu ketika jima’) dalam rahim seorang ibu sampai waktu tertentu. Dia yang maha kuasa menjadikan rahim itu sebagai tempat yang aman dan kokoh untuk menyimpan calon manusia. Dia nyatakan dalam firman-Nya. “Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim) sampai waktu yang ditentukan.” (Al Mursalat : 20-22).
Dari nuthfah, Allah jadikan ‘alaqah yakni segumpal darah beku yang bergantung di dinding rahim. Dari ‘alaqah menjadi mudhghah yakni sepotong daging kecil yang belum memiliki bentuk. Setelah itu dari sepotong daging bakal anak manusia tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian membentuknya memiliki kepala, dua tangan, dua kaki dengan tulang-tulang dan urat-uratnya. Lalu Dia menciptakan daging untuk menyelubungi tulang-tulang tersebut agar menjadi kokoh dan kuat. Ditiupkanlah ruh, lalu bergeraklah makhluk tersebut menjadi makhluk baru yang dapat melihat, mendengar, dan meraba.
Setelah manusia sempurna dalam pembentukan, maka Allah meniupkan ruh ke dalam tubuh manusia tersebut dan Allah juga menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati (qolb).
Hal ini sesuai dengan firman allah :
Artinya :
Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (Q.S assajadah 8-9)
Dari pembahasan diatas kita tak patut untuk menyombongkan diri karena kita ini adalah ciptaan yang Maha Kuasa. Ciptaan yang diciptakan dengan sebaik-baiknya. Patutlah kita mensyukurinya dan beribadah kepada-Nya.
Menurut Mustafa Zahri di dalam jamal syarif (2003 : 59-60) mengatakan bahwa unsur-unsur immateri yang ada pada diri manusia adalah :
2. Persamaan Dan Perbedaan Manusia Dengan Makhluk Lain
Berdasarkan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh para manusia yang tidak mempercayai dan meyakini adanya Allah SWT beserta kekuasaan dan kebesaran-Nya. Manusia disamakan dengan binatang. Hal ini terbukti dengan adanya teori Darwin terdahulu. Yaitu nenek moyang kita – manusia ialah monyet. Selain itu, dalam klasifikasi makhluk hidup yang sudah kita pelajari di pelajaran biologi. Manusia digolongkan dalam kingdom animalia-binatang. Namun tentunya bagi kita-para muslim, kita percaya dan yakin Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang lagi Maha Sempurna menciptakan makhluk-Nya dengan sempurna dan teramat baik, terutama manusia. Jelas, dalam islam dikatakan manusia pertama adalah nabi Adam. Adam adalah manusia, bukan monyet dan bukan binatang.
Mungkin, secara fisik manusia memang nampak sama dengan binatang, yaitu primata, seperti monyet. Dan memang ada persamaan kita dengan makhluk hidup lain yaitu sama-sama memiliki hasrat dan tujuan. Akan tetapi, ada perbedaan khas antara manusia dengan makhluk hidup lainnya, yaitu :
Manusia memiliki karakteristik yang jelas membedakannya dengan makhluk hidup lainnya, yaitu antara lain :
Apapun yang ada pada tubuh manusia sudah dirakit dalam tatanan yang baik dan sempurna.
Contoh : organ – organ manusia lebih fungsional dibanding makhluk lainnya.
Hanya manusia yang kesempatan memahami lebih jauh hakikat alam semesta dan sekelilingnya.
Contoh : manusia menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus berkembang
Manusia memiliki kehendak yang menyebabkan manusia bisa menentukan pilihan dalam hidup.
Manusia adalah makhluk yang dapat dibentuk akhlaknya.
Contoh : orang yang tadinya tidak baik. Setelah berteman dan bergaul dengan orang-orang baik maka ia mulai berubah menjadi baik pula.
Adakalanya manusia memang dapat disamakan dengan binatang. Manusia dapat disamakan dengan binatang ketika manusia itu sudah tidak bermartabat. Perilakunya layaknya binatang. Ia hidup dengan ilmu selain ilmu Allah.
B. Eksitensi Dan Martabat Manusia
1. Tujuan Penciptaan Manusia
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin salam solat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut hubungan vertical (manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut horizontal ( manusia dengan alam semesta dan manusia).
Penyembahan manusia pada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang adil dan baik. Oleh karena itu penyembahan harus dilakukan secara sukarela, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia termasuk pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyambah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka member aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (az-Zaariyaat, 51:56-58).”
“Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan degnan dekimikian itulah agama yang lurus." (Bayinnah, 98:5).”
Penyembahan yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta. Keseimbangan alam dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada kehidupan manusia tidak sekedar akan menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah tujuan penciptaan manusia di tengah-tengah alam.
2. Fungsi dan Peranan Manusia
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia :
3. Proses Terbentuknya Iman
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian halnya dengan benih Iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang baik dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan dll.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman, diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja seorang yang benci menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan terhadap apa yang diperintahkan Allah dan menjahui larangan Allah agar kelak nanti terampil melaksanakan ajaran Allah. Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri dari perbuatan yang nampak saja. Di dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak terlalu mudah ditanggapi kecuali secara langsung (misalnya , melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan sikap sikap mental tersebut). Terdapat 5 prinsip dalam proses penanaman iman, yaitu :
Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang penting, terus menerus, dan tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan orang semakin lama semakin mampu bersikap selektif. Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak kecil dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu penting mengarahkan proses motivasi agar membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif menghadapi nilai-nilai hidup yang patut diterima atau yang seharusnya ditolak.
Suatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah laku tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk menghayatinya melalui suatu peristiwa internalisasi (yakni usaha menerima nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya) dan individuasi (yakni menempatkan nilai serasi dengan sifat kepribadiannya). Melalui pengalaman penghayatan pribadi, ia bergerak menuju satu penjelmaan dan perwujudan nilai dalam diri manusia secara lebih wajar dan “amaliah”, dibandingkan bilamana nilai itu langsung diperkenalkan dalam bentuk “utuh”, yakni bilamana nilai tersebut langsung ditanamkan kepada anak didik sebagai suatu produk akhir semata-mata. Prinsip ini menekankan pentingnya mempelajari iman sebagai proses (internalisasi dan individuasi).
Implikasi metodologinya ialah bahwa pendekatan untuk membentuk tingkah laku yang mewujudkan nilai-nilai iman tidak dapat hanya mengutamakan nilai-nilai itu dalam bentuk jadi, tetapi juga harus mementingkan proses dan cara pengenalan nilai hidup tersebut. Dari sudut anak didik, hal ini bahwa seyogianya anak didik mendapat kesempatan sebaik-baiknya mengalami proses tersebut sebagai peristiwa pengalaman pribadi, agar melalui pengalaman-pengalaman itu terjadi kristalisasi nilai iman.
Pada umumnya nilai-nilai hidup bru benar-benar mempunyai arti apabila telah memperoleh dimensi sosial. Oleh karena itu suatu bentuk tingkah laku terpola baru teruji secara tuntas bilamana sudah diterima secara sosial. Implikasi metodologinya ialah bahwa usaha pembentukan tingkah laku mewujudkan nilai iman hendaknya tidak diukur keberhasilannya terbatas pada tingkat individual (yaitu hanya dengan memperhatikan kemampuan seseorang dalam kedudukannya sebagai individu), tetapi perlu mengutamakan penilaian dalam kaitan kehidupan interaksi sosial (proses sosialisasi) orang tersebut. Pada tingkat akhir harus terjadi proses sosialisasi tingkah laku, sebagai kelengkapan proses individuasi, karena nilai iman yang diwujudkan ke dalam tingkah laku selalu mempunyai dimensi sosial.
Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani secara konsisten, yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren, yaitu tanpa mengandung pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya.
Implikasi metodologinya adalah bahwa usaha yang dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya tingkah laku yang mewujudkan nilai iman hendaknya selalu konsisten dan koheren. Alasannya, caranya dan konsekuensinya dapat dihayati dalam sifat dan bentuk yang jelas dan terpola serta tidak berubah-ubah tanpa arah. Pendekatan demikian berarti bahwa setiap langkah yang terdahulu akan mendukung serta memperkuat langkah-langkah berikutnya. Apabila pendekatan yang konsisten dan koheren sudah tampat, maka dapat diharapkan bahwa proses pembentukan tingkah laku dapat berlangsung lebih lancar dan lebih cepat, karena kerangka pola tingkah laku sudah tercipta.
Hakikat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap orang pada problematika kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas dan menyeluruh. Jarang sekali fenomena kehidupan yang berdiri sendiri. Begitu pula dengan setiap bentuk nilai hidup yang berdimensi sosial. Oleh karena itu tingkah laku yang dihubungkan dengan nilai iman tidak dapat dibentuk terpisah-pisah.
Makin integral pendekatan seseorang terhadap kehidupan, makin fungsional pula hubungan setiap bentuk tingkah laku yang berhubungan dengan nilai iman yang dipelajari. Implikasi metodologinya ialah agar nilai iman hendaknya dapat dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan keterampilan tingkah laku yang terpisah-pisah, tetapi melalui pendekatan yang integratif, dalam kaitan problematik kehidupan yang nyata.
C. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Dan Khalifah Allah
1. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah
Makna yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Allah SWT dengan kehendak kebijaksanaanNya telah mencipta makhluk-makhluk yang di tempatkan di alam penciptaanNya. Manusia di antara makhluk Allah dan menjadi hamba Allah SWT. Sebagai hamba Allah tanggungjawab manusia adalah amat luas di dalam kehidupannya, meliputi semua keadaan dan tugas yang ditentukan kepadanya. Tanggung jawab manusia secara umum digambarkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadis berikut. Dari Ibnu Umar RA katanya; “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:“Semua orang dari engkau sekalian adalah pengembala dan dipertanggungjawabkan terhadap apa yang digembalainya. Seorang laki-laki adalah pengembala dalam keluarganya dan akan ditanya tentang pengembalaannya. Seorang isteri adalah pengembala di rumah suaminya dan akan ditanya tentang pengembalaannya.
Seorang khadam juga pengembala dalam harta tuannya dan akan ditanya tentang pengembalaannya. Maka semua orang dari kamu sekalian adalah pengembala dan akan ditanya tentang pengembalaannya” .(Muttafaq ‘alaih)
Allah mencipta manusia ada tujuan-tujuannya yang tertentu. Manusia dicipta untuk dikembalikan semula kepada Allah dan setiap manusia akan ditanya atas setiap usaha dan amal yang dilakukan selama ia hidup di dunia. Apabila pengakuan terhadap kenyataan dan hakikat wujudnya hari pembalasan telah dibuat maka tugas yang diwajibkan ke atas dirinya perlu dilaksanakan.
2. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan alam.
Manusia selaku khalifah di muka bumi mempunyai tugas dan kewajiban mengelola dan memakmurkan alam semesta sesuai dengan aturan dan ketentuan Allah, menegakkan kebenaran dan keadilan, serta melakukan amar ma’ruf nahyi mungkar.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta menyalahgunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya. Firman Allah SWT :
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku jadikan di bumi seorang Khalifah. Berkata Malaikat: Adakah Engkau hendak jadikan di muka bumi ini orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah, sedangkan kami sentiasa bertasbih dan bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.” (Al-Baqarah:30)
Di kalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan tanggungjawab tersebut. Ini sudah tentu kerana manusia merupakan makhluk yang paling istimewa. Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya); dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.” (Al-Ahzab: 72)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia dalam agama islam diartikan sebagai makhluk Allah SWT yang memiliki unsur dan jiwa yang arif, bijaksana, berakal, bernafsu, dan bertanggung jawab pada Allah SWT. Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.
Hakikat manusia dalam pandangan islam yaitu sebagai khalifah di bumi ini. Yang mampu merubah bumi ini kearah yang lebih baik. Hal yang menjadikan manusia sebagai khalifah adalah karena manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, seperti akal dan perasaan. Selain itu manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Allah yang paling sempurna.
Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingkan dengan makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah tersebut dengan berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi yang ada pada diri kita. Kita juga dituntut untuk terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai makhluk dan khalifah di bumi.
Fungsi utama manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi ini dan perannya sebagai khalifah sebagaimana yang ditetapkan Allah SWT mencakup tiga poin yaitu belajar, mengajarkan ilmu, dan membudayakan ilmu. Tenggung jawab manusia sebagai khalifah yang berarti wakil Allah adalah mewujudkan kemakmuran di muka bumi, mengelola dan memelihara bumi.
|
Terima kasih nih, buat kalian yang sudah mengunjungi blog recudo ini. Apabila ada kritik dan saran kalian boleh menyampaikan melalui komentar dibawah blog ini dan tetap nantikan artikel menarik dari recudo ini.
EmoticonEmoticon